Motomazine.com – Salam safety riding bro sis… Tim Movistar Yamaha MotoGP dalam kondisi krisis. Yup, inilah setidaknya yang sedang dialami oleh kubu tim biru di paddock MotoGP. Bukannya makin membaik, performa dua pembalap andalan tim ini pun sangat kurang dari harapan. Terlebih saat jalani balap di sirkuit Red Bull Ring, Spielberg Austria pekan kemarin.
Di balapan seri Austria kemarin baik Rossi dan Vinales tak mampu meraih hasil maksimal. Dua pembalap pabrikan tim Movistar ini hanya mampu finish di posisi enam (Vinales) dan tujuh (Rossi). Posisi yang sangat menyakitkan lagi sebab di tempat kelima bercokol Johann Zarco, dengan Yamaha YZR-M1 versi 2016 milik tim satelit Monster Tech 3.
Baca:
MotoGP Austria: Valentino Rossi: “Saya Kehilangan Kecepatan di Paruh Kedua Balapan”
Menghadapi masalah Yamaha YZR-M1 2017 yang tak kunjung mampu tampil cemerlang Rossi menyebut jika saat ini tim butuh bantuan dari Iwata, Jepang. Apakah dalam bentuk dana, materi atau yang lainnya? Rossi tak menyebutnya secara pasti.
“Bukan hal pintar membicarakan kejuaraan dunia saat ini. Saat kamu hanya finish di posisi tujuh yang ada di benakmu hanyalah bagaimana tampil kompetitif,” tutur Rossi.
“Zarco senang karena bisa mengalahkanku dan Vinales. Namun jika kau finish di posisi lima, aku tak kan senang”
“Di paruh balapan aku berlomba dengan Honda dan Ducati. Sedangkan di paruh berikutnya aku membalap dengan duo Yamaha lain (Vinales dan Zarco). Dan ketika ban mulai berkurang gripnya, kami memiliki masalah yang sama. Sangat kurangnya kecepatan saat akselerasi.
Daripada berpikir mengalahkan Zarco, akan lebih penting berpikir bagaimana caranya bertarung melawan Honda dan Ducati” tambah The Doctor.
Pasca klaim Rossi mengenai karakter M1 yang jadi understeer serta ban belakang yang begitu cepat terdegradasi, sepertinya tim Yamaha hanya berkutat pada penggantian sasis belaka. Walaupun itu terbukti manjur dengan menempatkan Rossi di puncak podium saat MotoGP Assen, namun semuanya kembali berbalik kala tim Yamaha hadapi seri Sachsenring.
Menurut Rossi timnya memang butuh sesuatu yang baru dari pabrikan Iwata di Jepang. Lebih dari apa yang ada di paddock.
“Kami harus mendapatkan bantuan dari Jepang. Sejujurnya jika saya harus membalap dalam satu jam lagi, aku akan bingung harus berbuat apa. Karena kita sudah melakukan segala hal untuk mengatasi permasalahan, dan itu gagal. Jadi saya tak berpikir solusinya ada di dalam box (paddock)” jelas Rossi.
Makin ke sini sepertinya pola pikir kedua pembalap Movistar, yakni Rossi dan Vinales makin berseberangan. Tentu akan sangat sulit bagi tim untuk menentukan arah pengembangan M1 nantinya. Apakah mempertimbangkan usulan Rossi atau justru percaya pada masukan Vinales.
Baca juga:
MotoGP: Selain Puji Performa Pembalap Tech3, Rossi juga Siratkan Puji Sasis versi 2016
Berbicara perbedaan pendapat kedua pembalap Yamaha ini, di sisi lain Vinales memnag pernah angkat bicara mengenai performa tunggangannya saat ini. Vinales menyebut pergantian sasis (lagi) tak akan mampu menyembuhkan M1 versi 2017.
Vinales lebih memilih untuk memaksimalkan motor sekarang yang sudah ada. Dan bahkan mengubah gaya balapnya untuk menyesuaikan agar motor mampu bekerja optimal.
Hal ini jelas sangat berbeda dengan pendapat Rossi di atas. Walaupun sudah mengganti gaya balapnya, (fans Rossi pasti sangat paham), namun The Doctor masih merasa ada yang kurang di dalam tubuh M1. Dan parahnya, solusinya hanya bisa didatangkan dari Iwata Jepang langsung.
So… material apakah yang dimaksud Rossi tersebut masgan..?? Apakah piranti elektronik baru? Sasis baru lagi kah? Atau yang lain?
Kalau boleh berpendapat sih, mungkin Rossi butuh mesin baru. Yup, mesin M1 yang lebih powerful yang mampu diajak duel head to head dengan Honda dan bahkan Ducati di trek lurus.
Era sekarang bukanlah era 90-an dimana Vale dengan begitu mudah melibas musuh-musuhnya di tikungan. Sekarang eranya traction control, era piranti elektronik yang mampu mengoreksi overnya bukaan gas maupun meminimalisir terjadinya high side. Era canggih dimana pembalap mampu mem-push motornya semaksimal mungkin.
Dan dengan hadirnya pembalap-pembalap muda dengan kekuatan, kenekatan serta skill yang mumpuni, sepertinya memang berat bagi Rossi jika hanya mengedepankan kemampuan late brake serta keagresifannya di tikungan. Sebab baik Marquez, Dovisiozo maupun Vinales adalah para late braker yang mempunyai kemampuan tak kalah dengan Rossi.
Jadi menarik dari berbagai “analisa sakarepe dewe” di atas, kemungkinan besar Rossi memang butuh mesin baru yang lebih powerful. Sebab tanpa mesin yang powerful, semuanya terasa sia-sia. Perjuangan memperpendek jarak tikungan demi tikungan akan begitu sia-sia saat M1 dilibas habis-habisan oleh Ducati GP17 maupun Honda RC213V di trek lurus..
Wajar… Jika Movistar Yamaha saat ini memang sedang dalam kondisi kritis. Bukan financial, melainkan lebih ke solusi agar M1 mampu lebih kompetitif lagi.. Setidaknya dibanding versi 2016 nya.. Semoga berguna…(MMz)
===============
Lebih dekat dengan Motomazine di:
- e-mail: motomazineblog@gmail.com
- facebook: motomazine.com
- twitter: motomazine
- IG: @motomazineblog
- Youtube channel: Motomazine
- WA: 085233819298
- BB: 524dbd4e
Di trek lurus M1 ama RC213 sebenernya mirip2 lah top speed n akselnya. Yg masalah kan grip n aksel pas keluar tikungan
Mirip tapi tetep kalah om..hehe
Bahaya ini.. mesti kerja keras..
https://lamikgemini.wordpress.com/2017/08/20/gantengnya-suzuki-gsx-s150-thailand/
Koyoke uabot om..