Motomazine.com – Masbro, pencapaian Marc Marquez bareng tim Honda mulai jadi sorotan. Pasalnya makin ke sini, publik beranggapan Marc Marquez lah yang dominan. Pembalap Spanyol bernomor 93 itulah yang memang moncer tak dapat disaingi lawan-lawannya… Lah.. Terus, Honda..? Motor yang dikendarainya? Tim yang mendukungnya? Mekaniknya, gimana dong…?
Melansir dari artikel yang dituliskan Kang Taufik TMCBlog, beliau menukil sebuah perkataan yang diutarakan langsung oleh Takeo Yokoyama, Technical Director of HRC. Yap, pria Jepang tersebut mengatakan kepada TMCBlog bahwa berkat para jurnalis lah publik jadi beranggapan dan menilai Marc Marquez yangmenang, bukan Honda.
Gak tanggung-tanggung masbro, seorang Technical Director berkata semacam itu. Mungkin kita bisa saja memaknai perkataan tersebut sebagai guyonan atau humor. Namun sebagai pewarta senior sekaligus lama berkecimpung di kancah per-motoGP an, perkataan seperti itu tak bisa dimakan mentah-mentah begitu saja.
Dan untuk mencegah atau sebagai penawar Marquez (Marquez antidote) ternyata Honda telah mengambil beberapa langkah rahasia yang pada akhirnya dibeberkan oleh pembalapnya sendiri. Yap, di sisa seri yang ada Honda berusaha menunjukkan eksistensi mereka untuk mampu memboyong gelar best team, best pembalap satelit dan best rookie… Siapa pembalap yang disasar? Tentu saja Crutchlow dan Morbidelli.
Yap, Crutchlow yang membela tim satelit LCR saat ini hanya tertinggal 1 poin dari Zarco (satelit Yamaha). Sedangkan Morbidelli malah memimpin 10 poin atas Syahrin di kategori Rookie of the Year. Dan seperti MMZ tulis pada paragraf di atas, disebutkan jikalau ada seorang pembalap yang sudah membuka strategi Honda, dan dia adalah Franco Morbidelli.
Jadi strateginya adalah saat race Jepang lalu Franco Morbidelli dikontak oleh staff HRC. Dan setelah itu, di Phillip Island, Morbidelli mampu tampil cemerlang dan menggapai posisi delapan. Posisi terbaiknya selama musim ini. Apakah ini sebuah kebetulan semata? Oh, tentu tidak… Semua ada sebab dan akibatnya. jadi istilahnya, gak mungkin ada respon kalau gak ada stimulus…
“Mereka memberitahukan bahwa akan bagus jika kita bisa memenangkann Rookie of the Year dan kita harus melakukan kerja bagus untuk hal tersebut (saya, team dan HRC). Dan itulah yang terjadi. Katakanlah kita telah memberikan semua energi kita untuk menggapainya. Di Australia kami melakukan balapan yang bagus, walaupun benar adda keberuntungan dimana kompetitor terdekat kami (Syahrin) terjatuh saat sedang berada di depan kami,” tutur Morbidelli.
Lebih lanjut Morbidelli mengakui bantuan yang ia terima dari HRC bukanlah dalam bentuk teknis melaikan terbatas pada saran-saran mengenai apa yang harus disetting pada motor dan bagaimana cara mengendarainya. Menurut Morbidelli bantuan ini adalah sesuatu yang besar bagi tim, mekanik dan dirnya sendiri. Yang cukup unik adalah bantuan ini disampaikan secara verbal, tidak ditulis maupun digambarkan. Weleh… segitunya persaingan antar tim?
Patut dihargai juga adalah usaha keras seorang Morbidelli. Perlu diketahui, bahwa policy Honda terhadap Morbidelli tahun ini sedikit lebih ketat dibanding kepada pembalap Marc VDS musim 2017. Tentu saja ini erat kaitannya dengan seorang Morbidelli, murid sekaligus salah satu anak kesyangan Rossi di VR46 Academy. Dan tentu saja Honda sudah tahu bahwa Franky Morbido akan membesut Yamaha mulai 2019 mendatang.
Meski begitu ternyata Morbidelli sudah sadar benar akan hal ini. “Saya sadar bahwa kontrak saya (Honda dan Morbidelli) adalah seperti ini, dan saya tidak komplain. Saya berterima kasih kepada Honda bila akhirnya melakukan hal lebih dari apa yang seharusnya mereka berikan kepada saya,” ujarnya.
Honda, Morbidelli dan Rossi
Well… apapun itu, sedikit pengalaman dari Morbidelli ini seharusnya mampu membuka wawasan kita. Betapa ketat policy dan aturan yang diberlakukan oleh tim pabrikan, bahkan kepada tim satelitnya. Lebih jauh lagi, setidaknya kita akhirnya bisa mengambil kesimpulan, bahwa ternyata paket motor sangat berpengaruh terhadap prestasi pembalap. Lha kalau dikasih tahu secara verbal saja Morbidelli sudah langsung ngacir, bagaimana kalau misalnya doi mendapat sokongan penuh dari HRC seperti awal mula Marquez gabung ke Honda? Bisa dibayangkan lah… Secara Morbidelli sendiri bukanlah pembalap ecek-ecek. Dia juara dunia Moto2 musim 2017. Kemampuannya juga tak perlu diragukan… Namun, begitu masuk ke tim Marc VDS MotoGP, Morbidelli seperti kehilangan sentuhan sangarnya. Paling-paling doi hanya bisa menembus posisi 10 besar saja.
So, dari urut-urutan cerita ini kita bisa simpulkan bahwa, ternyata Honda masih sangat ingin diakui. Maksutnya kemenangan dan superioritas Marquez bukanlah murni 100 persen dari dirinya. Motor dan kru tim Honda lah yang punya andil besar untuk itu. Buktinya, dengan sedikit bantuan ke Morbidelli, pembalap Italia tersebut bisa langsung tembus 8 besar.
Dan dengan fakta ini pula Honda kembali melakukan hal yang sama atas apa yang pernah terjadi antara HRC dan Valentino Rossi tahun 2003 silam. Saat itu kejadiannya mirip, Rossi yang selalu dominan menjuarai kelas MotoGP dianggap sebagai pembalap yang mampu juara karena mengendarai motor Honda. Jadi yang hebat bukanlah Rossi-nya, melainkan Honda.
Nah, dari kejadian itulah akhirnya Rossi pilih berlabuh ke Yamaha mulai musim 2004 dan membuktikan bahwa dia memang pembalap jempolan. Terbukti, di Welkom (2004), Rossi yang baru pertama nyemplak Yamaha M1 mampu pecundangi Biaggi dan berhak atas tropi juara, bahkan berlanjut hingga ke juara dunia.
Tapi tenang masbro, kejadian ini gak akan terulang kok. Belum tentu Marquez sengotot Rossi dan membuktikan diri bahwa dialah yang hebat. Motor itu kunci, mekanik adalah pemicu, tim sebagai penguat, namun kendali tetap pada rider. Dan untuk membuktikan itu semua, berpindah tunggangan adalah salah satu caranya… Hmmm.. Lha Marquez masih akan bareng-bareng dengan HRC hingga 2020 mendatang je.. Ya sudah kalau begitu, semoga berguna… (mmz)
1 komentar