MOTOMAZINE.COM – Selamat pagi, selamat berbahagia buat anda yang hari ini merayakan Hari Raya Natal. Semoga keberkahan dan keselamatan selalu menaungi anda dan keluarga. Yaps, kembali ke jududl. Di balik rasa bahagia yang dirasakan umat Kristiani saat ini, sejatinya Indonesia sedang dirundung duka. Di Sabtu malam, 22 Desember kemarin, tsunami kembali melanda Selat Sunda. Daerah barat pulau Jawa dan Lampung luluh lantak oleh serangan ganas tsunami akibat aktivitas gunung anak Krakatau.
Tapi di balik itu semua ada satu hal yang justru membuat rasa dan hati ini menjadi miris. Banyak yang jadi ahli nujum dadakan. Banyak yang beramai-ramai pasang status yang intinya mermalkan apa yang akan terjadi esok, tanggal 26 Desember. Emang adaa apa sih di tanggal 26?
Oke… Mari kita runut sebentar. Nyuwun sewu, menurut kaleidoskop kejadian, tanggal 26 memang menyisakan banyak kenangan pilu buat Indonesia. Sebagai pengingat, tanggal 26 Desember 2004 Indonesia dihantam tsunami dahsyat yang memporak porandakan bumi Aceh. Kerugian nyawa dan harta sampai terlalu pilu buat diungkapkan.
Dua tahun kemudian, tanggal 26 Mei 2006 kota Jogjakarta yang gantian dilanda gempa super. Kerusakan yang ditimbulkan pun tak kalah dahsyat. Banyak korban berjatuhan kala itu. Bahkan menurut teman mmz yang kebetulan sedang berada di Jogja, saat kejadian tanah yang ia pijak serasa mengalir bagai riuh ombak karena besarnya getaran gempa bumi.
Empat tahun berselang becana belum berakhir dan bergeser ke Jawa Barat. Tasikmalaya menjadi saksi keganasan bumi. Tanggal 26 Juni 2010 Tasik menangis akibat gempa yang juga sangat besar kekuatannya. Lagi-lagi korban berjatuhan di sana.
Tak cukup sampai di situ, empat bulan selanjutnya Jogja kembali merana. Gunung Merapi pancarkan amarahnya. Tanggal 26 Oktober 2010 gunung Merapi meletus. Menghancurkan pedesaan dan daerah yang dilalui lahar dan awan panasnya. Bahkan Mbah Maridjan, si juru kunci Merapi ikut mengikhlaskan “gesangnya” untuk gunung yang sudah diamanahkan kepada beliau tersebut.
Tiga tahun berlalu bencana dahsyat bergeser ke luar Jawa. Tanggal 26 September 2013 Jembatan Tenggarong di Samarinda runtuh. Korban jiwa dan harta pun berjatuhan tak kalah besarnya.
Nah, akibat bencana yang kerap terjadi pada tanggal 26 inilah pada akhirnya melahirkan banyak ahli nujum dadakan. Dengan PeDe, di timeline FB motomazine banyak bermunculan status yang intinya berbunyi. “Ada apa di tanggal 26 nanti? Lihat dan tunggu saja,” atau dengan berbagai gaya bahasa lain yang intinya begitu. Menunggu apa yang akan terjadi di tanggal 26?
Bercanda? Guyon? Nyari hits kalau-kalau tanggal 26 terjadi apa-apa? Sumpah, saya sebagai manusia normal yang mendambakan kenyamanan dan ketentraman di muka bumi ini langsung ngelus dhodho. Kok bisa-bisanya? Kok begitu mudahnya perkataan seperti itu muncul?
Kenapa saat seharusnya kita ikut berbela sungkawa atas apa yang terjadi di selat Sunda, pantai carita dan sekitarnya, justru muncul status-status seperti itu… Terus maksutnya apaan coba? Mengharap sesuatu yang pilu itu terjadi kembali? Terus dianggap orang sakti karena bisa meramalkan kejadian yang akan terjadi.
Swear… Saya ketawa geli setengah geram atas fenomena ini. Bahkan orang-orang yang dikasih kemampuan lebih saja, yang mengerti apa yang akan terjadi saja, tak pernah berani mengungkap rahasia Illahi ini.
Pantangan besar untuk “ndhisikke Kersaning Gusti”, melangkahi takdir Tuhan. Yang ada malah mereka sendiri yang akan mendapat bendu (hukuman) karena kecerobohannya.
Tapi sekarang jaman sudah makin bergeser kayaknya. Justru hal-hal yang dianggap tabu malah makin menyenangkan untuk diekspos, dijadikan senjata untuk mencari hits dan ketenaran. Demi terpuaskannya pundi-pundi “aluamah” duniawinya. Hmmmm….
Saya sendiri masih sangat jauh dari kata sempurna untuk urusan dunia dan ke-Tuhanan. Namun alangkah baiknya jika kita membentengi diri dari hal-hal yang justru unfaedah. Mari menjadikan diri kita lebih bijak.
Banyakin karya, buktikan kalau kita berguna. Bukan dengan menyebarluaskan dan menambah kepanikan, atau hal-hal yang masih jauh dari nalar kita.
Manusia hanyalah pelakon. Terlalu jauh dan tinggi untuk memikirkan misteri dan kuasa Tuhan. Jadi mari berbenah dan menjadi lebih bermanfaat. Sudahlah, tanggal 26 ya 26 saja. Gak usah dikait-kaitkan dengan ada apa, apa yang akan terjadi, dan gimmick-gimmick diksi lainnya.
Kecuali kalau gimmick marketing. Itu sih gak masalah. “Ada apa di tanggal 26 nanti dari Yamaha?” atau “Tanggal 26 Honda punya kejutan” atau mungkin “Suzuki siapkan senjata baru di tanggal 26”, dan lain sebagainya… Hmmm… Semoga berguna… (mmz)
Nah..
nah apanya nih?
Nah, sukanya ngeduluin Tuhan..
kan gak boleh? Ngeduluin truck aja ada aturannya
Stujuh om..!!
baiklah…seharusnya demikian…sek, kok om? hahaha
Mosok tante?
asemb, emangnya kaleng-kaleng? wkwkwkwk
Wkwkwk.. kaleng khong gu**