motomazine.com – Pabrikan Honda sang legenda balap dengan raihan kesuksesan terbanyak di kancah MotoGP tengah alami krisis. Honda RC213V yang sempat membawa Marc Marquez rengkuh 6 kali juara dunia, berubah jadi motor dengan kemampuan inferior. Alih-alih podium, untuk menembus pasukan 10 besar saja mereka kesulitan. Bahkan Johann Zarco, yang berhasil menembus Q2 saat practice session di MotoGP Aragon seakan membawa angin kemenangan bagi mereka. Miris, tapi itulah faktanya.
Segala sesuatu di Honda benar-benar di luar kendali saat ini. Merek paling berjaya dalam sejarah balap motor kali ini berada di posisi terakhir klasemen konstruktor, dan hal itu tidak akan berubah seiring berjalannya musim. Sedihnya, ini adalah tahun ketiga bagi Honda ada di posisi tersebut.
Sebagai perbandingan, dalam 75 tahun gelar konstruktor ada, yang mana Honda tidak bersaing selama 17 tahun pertama dan kemudian selama 11 tahun berturut-turut, mereka telah menang sebanyak 25 kali. Disusul MV Agusta dengan 16 gelar, Yamaha dengan 14 gelar, dan Suzuki dengan tujuh gelar.
Secara kemenangan, Honda juga unggul jauh dengan 313 kali juara seri. Disusul Yamaha dengan 245 kali, MV Agusta 139 dan Suzuki 97 kali. Kemenangan terakhir Honda terjadi pada tahun 2023 saat Alex Rins secara mengejutkan memenangi GP AS, di mana itu adalah kemenangan pertama sejak tahun 2022. Setelah itu, Honda kembali puasa.
Sulit dimengerti, tapi masih bisa dijelaskan. Honda tertinggal dari para insinyur inovatif Eropa. Mereka bisa memberikan interpretasi kreatif terhadap segala peraturan yang diterbitkan. Awal musim balap pada tahun 1960-an, Honda mengambil langkah yang berkebalikan dari inovasi. Soichiro Honda mengandalkan prinsip-prinsip teknis yang telah terbukti dan ia jalankan dengan lebih baik.
Peraturan teknis modern membuat Honda tidak bisa lagi melakukan hal itu. Semua orang di dunia balap bernostalgia tidak hanya dengan mesin lima silinder 125 dan enam silinder 250/350 di tahun 1960-an, tetapi juga untuk mesin V5 yang nyaring dan sebagian besar unggul dalam lima tahun pertama di MotoGP. Ini adalah mesin racikan Honda dengan bantuan Burgess-Rossi. Sebutan torpedo kepada Honda RC211V saat itu memang benar adanya.
Kemajuan teknologi MotoGP saat ini tidak lepas dari tangan dingin seorang Luigi Gigi Dall’igna. Dia adalah pelopor penerapan sayap di motor. Saat pabrikan lain mulai menirunya, dia sudah bereksperimen dengan sayap samping. Begitupun saat kompetitor meniru, dia juga mulai bereksperimen dengan piranti lainnya.
Masih sangat jelas di ingatan kita, bagaimana ketika pabrikan lain memprotes ‘spoon’ pada swingarm. Menurut mereka piranti tersebut menghadirkan down force pada roda belakang. Namun secara cerdas dan berterima, Gigi menjelaskan bahwa bagian tersebut hanya berfungsi sebagai pendingin ban. Kini semua pabrikan memakainya, dan lucunya Ducati justru meninggalkannya.
Kemudian muncul buntut Stegosaurus di bagian ekor dan sayap kecil di garpu dan lengan ayun. Secara cerdas Gigi kembali menghindari semua aturan baru yang secara samar hanya berlaku pada sayap fairing yang ada. Honda lambat dalam mengejar ketertinggalan dan masih berjuang untuk mengejar ketertinggalan. Begitu pula dengan perangkat pengatur ketinggian kendaraan (ride height device).
HRC, yang dikritik karena terlalu keras kepala dan kaku, dilaporkan telah mengubah pendekatannya secara radikal untuk musim ini dan ke depan. Berdasarkan penuturan Speedweek, Honda dirumorkan memasang basis teknis baru di Milan. Hal ini berarti terbukanya pengaruh Eropa. Yamaha juga melakukan hal yang sama, dengan menggeser basis baru pengembangan mereka di Italia.
Dipekerjakannya Aleix Espargaro, yang akan bergabung dengan Stefan Bradl dalam memperkuat tim penguji yang berbasis di Eropa, akan didukung oleh peran baru test driver Nakagami di Jepang. Christian Pupulin, eks Ducati dan eks KTM, akan bergabung dengan Honda tahun depan, seorang insinyur yang sangat berpengalaman. Ini adalah secercah sinar bagi Honda untuk melangkah, mengecilkan gap dengan kompetitor, dan kembali bersaing di barisan depan. Semoga berhasil. (mmz)
Artikel terkait:
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
- 2026 jadi The Last Chance Toprak ke MotoGP
- Jika dari Awal Pecco Begini, Saya Yakin Tahun ini Doi Sudah Jurdun
- MotoGP: Martin Menangi Sprint Race, Pecco DNF
- Catalunya jadi Kandidat Kuat Pengganti Race Finale Valencia
- MotoGP: Iannone Kembali, Siapa yang Harus Waspada?
- Komentar mmz di Akun MotoGP dapat berbagai Rujakan Netijen. Heran…
- MPM Honda Jatim tetap Semangat Ngajak Blogger Vlogger Nonton MotoGP Motegi, meski Marini Finish 14
- Ada Honda PCX 160 dan EM1 e: di MotoGP Mandalika
- Meet & Greet Fabio Quartararo di MotoGP Mandalika Promosikan Yamaha NMAX Terbaru