Motomazine.com – Valentino Rossi pembalap tergaek di grid MotoGP kini mendapat sorotan dari bos Repsol Honda, Alberto Puig. Pencari talenta balap yang sukses mengorbitkan Pedrosa dan Marquez ini sebut masa jaya Rossi sudah berkahir. Dan sayangnya pembalap Italia tersebut masih belum terima dan ingin tetap menjadi yang terbaik. Walah, angin hangat baru lagi nih…
Baru juga dua hari lalu saya membaca sebuah artikel yang menyebut bahwa Puig adalah tipe orang yang blak-blakan. Nah, kali ini apa yang dikatakan Puig kepada salah satu media Spanyol yang dikutip motorsport.com ini seperti membenarkan bahwa Puig adalah orang yang ceplas ceplos. Pokoknya ngomong tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Sebagai orang lama yang sudah bepuluh tahun berkecimpung di dunia balap tentu Puig sadar benar dan mengerti jalan karir seorang Valentino Rossi. Sejak 2009 lalu Vale sepertinya sudah mulai kesulitan menambah lagi gelar juara dunianya untuk yang kesepuluh. Dan kehadiran Marc Marquez rupanya makin dikaitkan dengan kegagalan The Doctor ini.
Eits, jangan sampluk-samplukan sendal dulu… Jadi gini, emang sih semenjak Marquez hadir di MotoGP tahun 2013 silam, doi langsung menjelma menjadi alien baru yang menantang para seniornya. Bahkan di 2013 itu juga, di tahun pertamanya, Marquez langsung merengkuh juara dunia MotoGP. Opo gak edan itu masbro namanya…
Nah, terlepas dari makin moncernya Marquez dan Honda, serta makin kesulitannya Rossi dengan tumpukan masalah pada YZR-M1 nya, sepertinya petinggi semacam Alberto Puig memandnag sedikit beda terhadap hal ini.
Dengan jelas Puig puji performa Marquez dan menyebut Rossi sudah kehabisan era jaya. Hmmm… benarkah begitu?
“Valentino adalah pembalap luar biasa, saya sangat menghormatinya. Dengan umurnya saat ini [39], ia masih memiliki hasrat dan talenta untuk melaju kencang. Dan ia tak menerima tak bisa menang,” ujar Puig kepada surat kabar harian Spanyol, La Vanguardia yang dikutip kembali oleh Motorsport.
“Namun, ia kesulitan menerima bahwa masanya telah berakhir. Terkadang, cara yang dilakukannya tidaklah benar. Tidak pernah saya melihat Marquez keluar dari jalurnya, melakukan hal berbahaya terhadap Rossi. Itu selalu insiden balapan.”
- Asah Kemampuan dan Bakat, MPM Honda Jatim Gelar PCX160 Gen-Z School Movement di 10 Sekolah
- VOLTUS, Helm Open Face Terbaru dari MDS seharga Rp 300 Ribuan
- Auto Worthit, dibikin Irit, ya si Fazzio Hybrid
- Resmi Hadir dengan Fitur Modern, Segini Harga New Honda Scoopy di Jatim
- FOMO Fazzio Hybrid Movement Guncang Jl Tunjungan Surabaya, Ratusan Gen Z Enjoy Nikmati Experience Unik
- LA Car Meet Up Sukses Digelar, Tiket Presale 1 IMX 2025 Resmi Dibuka
- Hadir dengan Warna Terbaru, Yamaha Grand Filano tetap Jadi Trendsetter
- Meski dilanda Cidera, Crosser Binaan AHM Berhasil Amankan Dua Podium di Final Kejurnas Motocross Wonosobo
- Fazzio Youth Festival Hadir Kembali untuk Gen Z yang Aktif dan Atraktif
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
“Saya menghormati Rossi, namun dalam hidup segala sesuatu ada masanya. Dan suka atau tidak, Marquez adalah nomor satu saat ini.” tambahnya.
Rivalitas Rossi dan Marquez Terjadi Begitu Saja
Tak hanya di Argentina. Puig bahkan juga menyoroti insiden yang terjadi antara Rossi dan Marquez saat presscon MotoGP Misano 2018. Saat itu terlihat Marquez hendak mengulurkan tangan dan tak mendapat balasan dari Vale. Alasan Vale melakukan itu adalah karena ia tak merasa punya masalah dengan Marquez.
Namun apakah hal ini benar menurut Puig? Sayangnya tidak… Puig tetap membela Marquez sebagai anak didiknya.
“Marquez sama sekali tak peduli dengan gelombang opini dari lingkungan Vale. Sebaliknya, kami merasakan kelemahan dalam tindakan mereka,” ujar Puig kemudian.
Tak hanya sebut tindakan Rossi sebagai kelemahan, Puig, yang mendatangkan rival Rossi lainnya, Jorge Lorenzo, sebagai pembalap Honda musim depan, bahkan menggambarkan Marquez adalah pembalap yang nyaris sempurna.
“Marc tidak bertingkah seperti seorang superstar, ia tidak berpura-pura menjadi seseorang bukan dirinya. Ia memiliki kerendahan hati dan rasa ingin tahu untuk mendengar, belajar, dan menghormati.”
“Saat ia berada di atas motor, ia benar-benar pembunuh, dan itu harus dilakukannya. Ia adalah mesin yang diprogram untuk melaju dengan kecepatan penuh.”
“Kesempurnaan tidaklah ada, namun ia cukup dekat. Kesempurnaan adalah menjadi yang terbaik, dan ia orangnya. Seberapa jauh dia bisa lebih baik lagi? Dengan usianya saat ini, ia masih memiliki ruang untuk pertumbuhan.” tambah pria yang juga pernah menjadi manager Dani Pedrosa.
Rossi Terus Berusaha Kompetitif
Menarik ini… Saat Rossi terus-terusan berjuang untuk menggapai mimpi jurdun ke sepuluhnya, gelombang psy war perlahan mulai mendatangi dirinya. Bakan dari seorang Alberto Puig.
Valentino Rossi sendiri saat ini terus giat berlatih di ranch pribadi miliknya atau juga di Misano World Circuit bareng anak-anak muridnya di VR46 Academy. Hal itu ia lakukan tentu untuk tetap menjaga stamina dan fokus saat mengendarai motor Yamaha-nya.
Dan dari sana pula Rossi terus belajar mengembangkan kemampuan adaptasi dengan pembalap-pembalap muda. Termasuk riding style new school yang pembalapnya lebih menggelendot ke aspal, menjaga motor tetap sedikit tegak guna memperoleh traksi ban terbaik.
Itu semua Vale lakukan agar ia tetap kompetitif di usia yang hampir masuk 40 tahun. Dan setidaknya kita bisa melihat. Tahun ini Rossi berhasil menempati posisi tiga kejuaraan dunia di belakang Marquez dan Dovisiozo. Dengan M1 yang dihantui momok ganasnya ban belakang.
Jadi jelang musim 2019, dengan janji-janji yang diberikan Jarvis, mampukah Rossi kembali tampil memukau? Lebih kompetitif untuk merengkuh gelar ke sepuluhnya? Sekaligus menjawab pernyataan Alberto Puig? Kita tunggu saja… Semoga berguna… (mmz)
Sing penting lantjar
ru88ercookie.com/2018/12/17/hanya-digelar-di-peru-begini-ganasnya-medan-rally-dakar-2019/
Semacam yg penting podium yo pak?