Motomazine.com – Hari ini pembalap resmi MotoGP kembali menjajal sirkuit Mandalika untuk jalani tes pramusim hari ketiga. Hampir semua pembalap turun ke lintasan kecuali Joan Mir. Pembalap Suzuki Ecstar ini absen hari ketiga karena alami gangguan pencernaan. Terlepas dari catatan waktu yang terus menajam, karena sampai saat ini saja Aleix Esparagaro sempat mencatat laptime 1 menit 30 an detik sebelum terjatuh, kita juga bisa lah menyoroti top speed dari masing-masing pabrikan. Dan dari laporan hari kedua kemarin, Ducati masih menjadi yang tercepat di Mandalika, berbanding terbalik dengan Yamaha yang mengisi posisi buncit. Hal ini membuat Quartararo ketar-ketir?
Yaps, judul yang saat sedang heboh di kalangan pewarta otomotif. Saya pakai juga biar sampean paham kalau blog ini terus up to date , jiahahaha…
Jadi menurut om Thomas Morsellino, catatan top speed motor-motor MotoGP di Mandalika adalah:
- Ducati : 312.7 km/jam
- Suzuki : 310.2 km/jam
- Aprilia : 309.4 km/jam
- Honda : 308.9 km/jam
- KTM : 307.2 km/jam, dan
- Yamaha : 304.4 km/jam
Banyak yang menyebut bahwa topspeed bukanlah segalanya. Namun di era MotoGP sekarang, mau diakui atau tidak, top speed sangatlah membantu.
Kalau kita flash back MotoGP klasik, katakan 2002 ke sana sampai 2015, top speed memang bukanlah segalanya. Buktinya, Rossi dengan Yamaha selalu mendulang juara dunia bergantian dengan Jorge Lorenzo yang juga mengendarai Yamaha. Sekali di 2007 Stoner berhasil mencuri gelar jurdun, itupun karena ban Bridgestone yang sudah nyetel dengan Ducati, dan carut marutnya mesin M1 (pertama beralih ke 800cc). Bisa jadi ban Bridgestone dan gabungan mesin Desmo 800cc saat itu memang sangat nyetel dengan style RWS punya Casey.
Dan seakan mengiyakan teori tersebut, Valentino Rossi pun ikut iri sehingga beralih ke ban asal Jepang tersebut terhitung mulai 2008. Dan hasilnya? Rossi langsung keluar sebagai juara dunia musim 2008-2009.

Nah, berbeda dengan MotoGP modern yang menghadirkan banyak ‘kepala’ berotak Einstein seperti sekarang ini. Hampir semua pabrikan sadar benar dengan apa yang namanya cornering speed. Mereka berlomba-lomba membuat motor yang lincah di tikungan. Karena sirkuit MotoGP adalah sirkuit yang berkelok-kelok, bukan sirkuit drag race yang hanya lurusan.
Buktinya, Ducati berkali-kali berhasil meyudahi perlawanan Marquez saat tarung head-to-head di tikungan. Dovisiozo dan Bagnaia yang berhasil melakukannya. Bahkan mantan pembalap Yamaha, Jorge Lorenzo juga berhasil membawa si badak Desmosedici juara seri sebanyak tiga kali.
Jadi apakah alasan top speed bukan segalanya masih berlaku saat ini? Sepertinya berat. Apalah artinya motor cepat di tikungan tetapi selalu jadi bulan-bulanan di lurusan? Hal ini juga yang akhirnya membuat Quartararo khawatir dengan masa depan Yamaha.
Apakah pembalap Perancis ini tidak meminta improvement? Sudah. Dan jawabnya, as you can see, Yamaha selalu jadi yang terbuncit kalau urusan top speed di trek lurus.
Saya sendiri tidak paham dengan apa yang terjadi terhadap Yamaha. Kenapa sulit sekali menambah top speed. Banyak yang bilang akibat konfigurasi mesin inline-4. Tapi lihatlah Suzuki, si GSX-RR mampu menjadi yang tercepat kedua.
So, kita lihat saja ke depannya seperti apa. Semoga Yamaha bisa merubah kekuatan top end mesin YZR-M1 sehingga bisa adu head-to-head melawan motor lain di lintasan lurus. Karena penambahan top speed selalu menjadi agenda request pembalap, bahkan sejak Valentino Rossi masih bernaung di pabrikan Iwata tersebut. (mmz)
Artikel terkait:
- Gigi Tawarkan Tes MotoGP 850cc untuk Bulega?
- Jika Hijrah ke MotoGP Better Toprak Gabung Yamaha
- Zarco Beberkan Masalah yang Mendera Honda di Jerez
- Kemungkinan yang Terjadi di WSBK jika Toprak Pergi
- Aoki: Bakat Alien Marc Marquez bisa ‘Sesatkan’ Ducati
- Masa Depan Toprak Masih Misteri, MotoGP, WSBK, Yamaha, Honda atau BMW
- Proyek Ambisius, Pekan ini Yamaha Tes Mesin V4
- Ducati V4-R 2025 Rilis di Misano, Pirro jadi Testernya
- Zarco ingin Jadi Pebalap Pabrikan. Wah ini…
- Raih Hasil Bagus di COTA tapi Marini Frustasi