Motomazine.com – Pembalap RNF WithU Andrea Dovisiozo akhirnya memutuskan pergi dari Yamaha dan pensiun. Pembalap dengan berkebangsaan Italia itu memutuskan untuk gantung helm akhir musim ini menyusul performa buruknya selama berlaga kembali dengan Yamaha. Tim yang bahkan doi pernah bela. Dan atas wawancara yang doi lakukan terkuaklah alasan kenapa Andrea Dovisiozo memilih tinggalkan Yamaha dan bahkan pensiun dari MotoGP.
Kalau sampean perhatikan, musim 2022 ini berjalan cukup aneh bagi tim Yamaha. Mereka seakan punya satu pembalap doang, Fabio Quartararo. Padahal di sana bercokol Franco Morbidelli, Andrea Dovisiozo dan Darryn Binder yang kesemuanya bukan pembalap ecek-ecek.
Siapa yang tak kenal dengan Dovisiozo. Pembalap yang hampir membubarkan asa juara dunia seorang Marc Marquez. Yaps, doi sangat cepat dengan Ducati. Hingga puncaknya sukses menjadi runner up juara dunia musim 2019 dengan selisih yang sangat ketat dengan si baby alien.
Namun begitu, saat memutuskan kembali ke Yamaha bareng tim besutan Razlan Razali, peforma Dovi sangat jauh dari kata memuaskan.
“Jujur ketika pertama kali mencoba motor ini saya menemukan sedikit keanehan. Motor ini beda. Aku langsung menemukan keanehan pada masalah grip. Motor ini grip belakangnya sangat lemah. Itu adalah karakteristik terbesar yang coba aku lawan. Aku belum bisa memaksimalkan kinerja motor seperti Fabio (Quartararo). Dia bisa menunjukkan bahwa di setiap balapan mampu kompetitif, tapi itu sangat sulit dilakukan,” tutur Dovi seperti dilansir dari therace.
“Aku banyak bekerja dengan tim…para mekanik Yamaha,….aku banyak mencoba, bahkan mungkin terlalu banyak yang aku lakukan namun celakanya kami masih berjuang walau kami sudah mengubah hal besar. Kondisi tsb seakan menegaskan bahwa gaya balapku tidak cocok dengan motor Yamaha,” lanjutnya.
Andrea Dovisiozo sendiri mengaku punya mimpi seperti Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo yang sukses taklukkan YZR-M1. Namun doi mengatakan proses adaptasi itu gagal total.
“Aku memiliki banyak pengalaman untuk mengetahui bahwa mayoritas pembalap Yamaha kesulitan. Apa yang terjadi pada motor sangat jelas sejak awal dan aku tidak pernah mengubah pendapatku karena itu hal dasar dan aku bisa langsung merasakannya (grip). Tidak ada pertanyaan tentang itu di benakku. Ceritanya selalu sama”
“Beruntungnya aku nyaman ketika bermanuver atau mengubah arah motor saat masuk tikungan, memang tidak istimewa tapi OK. Namun bagaimana kita bisa kencang adalah hal berbeda. Dengan Yamaha kalian harus kencang saat masuk dan menjaga kecepatan ketika di tengah tikungan, disini kalian tidak bisa mengandalkan traksi belakang saat keluar tikungan. Jadi jika ingin kencang pembalap harus membawa kecepatan lebih di tengah tikungan sehingga keluar (tikungan) bisa full speed. Jadi kita tidak bisa mengandalkan traksi belakang. Dan hal itu bagiku sangat sulit untuk dilakukan.”
“Yamaha bagus di beberapa area karena Fabio telah menunjukkan kepada kami bahwa dia bisa melakukan hal luar biasa. Tapi menurutku itulah satu-satunya cara untuk menjadi cepat dengan motor ini. Jika kamu tidak membawa kecepatan penuh di tengah tikungan maka motor seperti tidak punya tenaga ketika keluar tikungan. Dengan kecepatan yang sama dengan motor lain, sangat ironi. Yamaha seperti tidak berakselerasi. Jadi jika kamu tidak menjaga kecepatan di tengah tikungan, maka kamu tidak akan bisa cepat. Dia [Quartararo] benar-benar menari di setiap trek, dan itu satu-satunya cara untuk menjadi cepat dengan motor ini,”
Lebih jauh Dovisiozo juga mengungkapkan kalau Yamaha sekarang sudah seperti Honda dalam enam tahun terakhir. Mereka lebih berkonsentrasi terhadap satu pembalap saja tanpa memikirkan pembalap lainnya.
“Sayangnya dalam situasi yang sangat mirip dengan Marc dan Honda dalam enam tahun terakhir. Aku tidak tahu apakah Yamaha memang memutuskan untuk berada dalam situasi ini, tetapi aku rasa Honda memutuskan untuk memilih cara ini karena Marc [dominan]. Jelas situasinya serupa… Hanya satu pebalap yang dapat menggunakan potensi dan membuat celah yang sangat besar dibandingkan dengan pembalap lainnya yakni Fabio. Faktanya kami telah mencoba mengubah banyak hal, tapi hasilnya selalu sama… Negatif!”
“Jadi satu-satunya cara (mengendarai motor ini) adalah dengan mengubah “microchip” di kepalamu. Mengendarai motor dengan cara tertentu, dan jujur aku tidak memilikinya saat ini. Aku mencoba untuk mengubahnya tetapi semua sia-sia…” tukas pembalap bernomor 4 tersebut.
Yaps, sangat jelas betapa Andrea Dovisiozo kelimpungan mengendarai YZR-M1 hingga tersemat pasukan sunmori terhadapnya. Sejauh ini Dovisiozo baru mengkoleksi 10 poin dan berada di urutan 22 klasemen pembalap. Selisih tipis dengan pembalap pabrikan Franco Morbidelli yang ada di posisi 19 dan Darryn (Binder) yang juga koleksi 10 poin saja.
Sungguh ironis. Dovisiozo bahkan tak memahami motor yang ia pernah kendarai tahun 2012 silam. Terlebih musim depan Yamaha tak lagi memiliki tim satelit. Ini dikarenakan RNF boyongan ke Aprilia. Bisa dibilang sebuah pilihan bijak jika akhirnya Dovisiozo memilih pensiun. Dovi sendiri secara resmi pamitan dengan penggemar MotoGP pasca race Misano bulan September mendatang.
Sudahlah… balapan mobil saja bareng Rossi. Di sana jauh lebih ramai sekarang. (mmz)
Artikel terkait:
- Marc: Selamat Tinggal Red Bull, Selamat Belajar Pecco
- Petrucci: Toprak Bisa Menang di MotoGP, Dia Gambaran Valentino dan Marc
- Yamaha M1 Mesin V4 Bisa hadir di Tes Sepang
- WSBK: Honda Tak Butuh Toprak
- Celaka! Marini Bilang Honda Jalan di Tempat
- Massimo Rivola Terkejut dengan Review Martin. Aprilia Harus Banyak Berbenah?
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
- 2026 jadi The Last Chance Toprak ke MotoGP
- Jika dari Awal Pecco Begini, Saya Yakin Tahun ini Doi Sudah Jurdun
- MotoGP: Martin Menangi Sprint Race, Pecco DNF
andaikan dulu Dovi mau mengalah dan tetap bertahan bersama Ducati..
sudah merasa cepat, makanya minta naik gaji om