Motomazine.com – Kepala mekanik Francesco Bagnaia Cristian Gabarrini menyebut jika Pecco punya gaya Casey Stoner. Bukan cara mengendalikan Desmosedici GP melainkan sisi lain yang juga ada pada Ducati. Gabarrini yang juga sebelumnya sempat ikut Stoner ke Honda akhirnya bisa menilai bahwa dua pembalap yang dia bina tersebut punya kesamaan dan ini penting dalam balapan. Sebuah keterampilan yang bahkan tak semua pembalap punya.
Cristian Gabarrini mengikuti jejak Stoner di Ducati sejak 2007. Saat pembalap Asutralia tersebut melabuhkan diri ke HRC, 2011 dan 2012, saat itu pul Gabarrini mengikuti. Namun sejak 2019 Cristian kembali bergabung denga Pramac Ducati.
“Bakat tentu membantu pada setiap sektor, namun untuk mengatur ban kamu harus tahu benar tentang ban itu. Karakteristik masing-masing ban tidak sama. Itu tergantung suhu, kondisi trek, dan tipe ban itu sendiri. Dari kesamaan spesifikasi, karkas, yang Michelin bawa, dari kombinasi komponnya. Jadi buatku butuh waktu banyak untuk menganalisisdan mencari solusi ban terbaik nantinya. Oleh sebab itu saya yakin masalah kita sebenarnya, jika ada, adalah menjaga ban selama balapan, bukan sekali lap tercepat,” tutur Gabarrini.
Jika kita melihat rekan jejak Gabarrini sendiri, doi tentu sudah sangat hafal dengan perselukbelukan ban. Muali dari Bridgestone hingga kembali ke Michelin, mesin 800cc dan 1000cc, semua sudah Gabarrini pegang. Jadi doi sangat paham akan hal ini.
Di beberapa bagian ternyata Bagnaia punya kemiripan dengan Casey Stoner terutama saat membawa ban lebih cepat mencapai suhu optimal. Aspek penting untuk MotoGP modern. Sebuah kelebihan yang Stoner miliki sehingga ia bisa melesat bahkan sejak awal balapan.
“Saya setuju Stoner melakukannya. Khususnya di MotoGP ini adalah hal yang penting. Dengan tipe ban ini kamu harus mendorong dengan cara yang benar. Begitu keluar dari pit, kamu harus segera mendorong ban motor agar bisa bekerja optimal. Kamu harus menjaga ban tetap panas. Ini sangat tidak alami, sangat tak alami, tapi ini mudah dilakukan. Cara terbaiknya adalah dengan mengerem depan sekeras mungkin. Awalnya Pecco tak melakukan ini, dan kita bekerja keras pada sektor tersebut,”
“Untuk Pecco proses yang ia lakukan sebenarnya terbilang normal. Dia melakukan langkah selama tiga tahun. Namun apa yang ia capai tahun lalu sangatlah luar biasa. Dia meningkat pesat tahun lalu dibanding dua tahun sebelumnya. Tentu saja tahun lalu dia (Pecco) memakai motor pabrikan dan itu sangat membantu. Dan lagi kemarin adalah tiga tahunnya bersama Ducati. Jadi dia telah belajar banyak tentang kecepatan, jatuh dan masih banyak lagi momen lainnya. Dan lagi membalap untuk tim pabrikan adalah impian semua orang. Itu juga bisa menjadi pelecut psikologi tersendiri,” tambahnya. (mmz)
Artikel terkait:
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
- 2026 jadi The Last Chance Toprak ke MotoGP
- Jika dari Awal Pecco Begini, Saya Yakin Tahun ini Doi Sudah Jurdun
- MotoGP: Martin Menangi Sprint Race, Pecco DNF
- Catalunya jadi Kandidat Kuat Pengganti Race Finale Valencia
- MotoGP: Iannone Kembali, Siapa yang Harus Waspada?
- Komentar mmz di Akun MotoGP dapat berbagai Rujakan Netijen. Heran…
- MPM Honda Jatim tetap Semangat Ngajak Blogger Vlogger Nonton MotoGP Motegi, meski Marini Finish 14
- Ada Honda PCX 160 dan EM1 e: di MotoGP Mandalika
- Meet & Greet Fabio Quartararo di MotoGP Mandalika Promosikan Yamaha NMAX Terbaru