Motomazine.com – Masbro, wacana mengenai bobot minimal yang hendak diberlakukan untuk motor plus rider menghadirkan berbagai reaksi dari para pembalap. Ada yang setuju, ada pula yang menentang. Lantas dari pro kontra tersebut kira-kira siapa ya pembalap yang setuju dengan wacana tersebut? Jadi gini masbro, peraturan MotoGP selama ini kan hanya mengatur mengenai berat minimal motor tanpa memperdulikan motornya. Nah bagi pembalap-pembalap yang berpostur tinggi besar hal ini tentu sangat merugikan. Terutama pada konsumsi ban belakang…
Lha emang pembalap makan ban? Haiyah…Maksute ora ngono kangbro… Maksutnya dengan bobot yang lebih berat otomatis beban ban belakang jadi lebih berat ketimbang pembalap yang berbadan mungil. Ban belakang sepeda motor yang ditunggangi rider berperawakan besar berpotensi menerima stress yang lebih tinggi terutama saat melahap tikungan.
Rider-rider dengan perawakan tinggi besar seperti Danilo Petrucci, Valentino Rossi dan Scott Redding tentu sangat dirugikan dengan kondisi ini. Bisa kita lihat bersama masbro. Betapa mereka bertiga mengalami penurunan performa cukup signifikan akibat melemahnya traksi ban ke aspal begitu masuki paruh balapan.
Apalagi Valentino Rossi (181 cm/69 kg). Masalah belum klopnya setting delivery power ke ban belakang (diduga settingan elektronik) makin memperparah kondisinya. Kelihatan banget kan Rossi selalu mlempem begitu masuki paruh kedua balap….? Parahnya lagi di Sepang kemarin.. Memaksakan tetap bertahan namun ban belakang sudah tak berpihak dan akhirnya glangsar… Miris…
Berbeda dengan rekan setimnya, Maverick Vinales. Punya spesifikasi tinggi tubuh dan bobot yang lebih kecil (171 cm/64 kg), memungkinkan pembalap ini bisa mengatur ritme konsumsi ban hingga lap-lap akhir. Silahkan, sampeyan simak sendiri beberapa race belakangan ini. Dimana Vinales selalu mulai menusuk malah di akhir-akhir balapan. Meskipun sebenarnya masalah pada ban tetap mendera pembalap Spanyol ini.
Tak hanya Valentino Rossi, masalah bobot rider ini juga mendera pembalap Aprilia Scott Redding dan pembalap Ducati Danilo Petrucci. Redding dengan tinggi tubuh mencapai 185 cm dan bobot 78 kg tentu sangat menderita. Begitu juga Petrucci. Pria Italia dengan tinggi 181 cm dan bobot 78 kg ini bahkan sempat soroti performa Bautista yang langsung moncer dan rebut posisi 4 saat menggantikan Lorenzo di Autralia kemarin. Alvaro Bautista dengan tinggi tubuh 169 cm dan bobot 58 kg punya keuntungan besar bisa memaksimalkan kinerja ban belakang hingga akhir balapan. Dimensi bautista ini juga sangat mirip dengan Dovisiozo dan Marquez. Jadi ya bisa ditebak, mereka diuntungkan dengan usia ban belakang yang lebih awet.
baca juga:
- Penting! Kenali Batas Beban Ban, Hindarkan Kecelakaan
- Jangan Asal, Pentingnya Memilih Ban Motor sesuai Ukuran dan Garansinya
- Mengapa Ban Belakang lebih Cepat Gundul? Berikut Rekomendasi Tekanan Udara Ban Motor
- Tips: Jangan asal Tembas-tembus, Ban kalau Kelamaan juga Bahaya!
- Michelin Sesumbar mampu bertahan sampai 400 kpj!
- Musim Penghujan Tiba, Jangan Salah Pilih Tipe Ban!
- Tak hanya Lawan atau Kawan, Ban pun bisa Berkhianat
- Makin Seneng, Ban Depan Stefanie pun Minta Ganti
- Kesan Pertama Ganti Ban Belakang Honda BeAT pakai MAXXIS Victra
- Ban Pirelli Masuki Dunia MotoGP
“Di awal aku sangat cepat. Tetapi begitu masuk ke lap-lap berikutnya saya jadi sedikit lebih lambat dan makin melambat. Puncaknya di akhir balapan saya sangat menderita dan harus berjuang (dengan grip ban). Hal ini bahkan bisa dilihat dari data. Dalam data menyebutkan suhu ban belakang saya makin naik dan memanas lap demi lap. Ini sangat berbeda dengan pembalap Ducati lainnya yang mengalami peningkatan suhu ban belakang lebih lambat.Tak hanya ban belakang, ban depan pun seringkali tak mendukung bobot tubuhku. Terkadang saya harus mengerem lebih awal. Karena jika aku memaksakan mengerem telat maka ban depan akan gagal bekerja.” tutur Petrucci.
Yap, selama ini ternyata baik Petrucci dan Rossi sudah saling bediskusi mengenai masalah bobot tubuh mereka. Dan mereka sepakat, akan sangat senang jika aturan ini (bobot minimum motor + rider) diberlakukan. “Kami berdua akan sangat senang jika regulasi pneetapan bobot minimal motor plus rider disahkan,” tambah pembalap yang tahun depan akan berlabuh ke tim pabrikan ducati.
Penuturan Rossi dan Perubahan Ban Michelin
Sekata dengan Petrucci, sebenarnya keluhan Rossi mengenai ban belakangnya bisa dijabarkan lewat penuturan Valentino Rossi. “Ada beberapa keuntungan menjadi orang yang tinggi, tapi tentunya stress pada ban belakang bakal lebih tinggi. Ini disebabkan karena kamu tak bisa berpindah ke depan lebih jauh. Maverick 10 cm lebih pendek dariku, jadi dia bisa bergeser ke depan lebih banyak dan itu jelas membuat perbedaan. Tapi sejujurnya, dengan ban ini (Michelin) anda akan lebih menderita saat membebani ban belakang terlalu banyak,” ungkap Vale.
Apa yang diungkapkan Rossi ini sepertinya memang “gathuk” dengan penjabaran dari tim Michelin sendiri. Adalah MotoGP Manager dari Michelin, Piero Taramasso yang mengungkap apa yang terjadi pada ban Michelin tahun ini.
“Di beberapa trek kami memang membuat ban lebih lunak. Ini disebabkan rider meminta ban dengan grip yang lebih dan juga keinginan untuk memecahkan rekor laptime. Kini kita akan menganalisis data dari sirkuit-sirkuit tersebut untuk mengubah ban menjadi lebih keras lagi. Contohnya di Phillip Island dan Buriram. Penggunaan ban di sirkuit ini sangat ganas. Jadi kami akan merubah komponnya menjadi lebih keras pada 2019 mendatang.” tutur Taramasso.
Nah kan, makin terkuak masalah pada ban yang mendera pembalap-pembalap MotoGP terutama yang berpostur besar macam Valentino Rossi. Jadi jangan selalu menganggap Rossi, Petrucci atau Redding hanya beralibi dan menyalahkan ban. Nyatanya, pihak Michelin sendiri juga mengakui, pihaknya memperlunak kompon ban di beberapa trek. Dan terbukti, pembalap-pembalap bertubuh besar selalu tersiksa.
Jadi sepertinya regulasi penetapan bobot minimum motor plus rider harus diberlakukan agar semua menjadi lebih adil… semoga berguna… (mmz)