MotoGP: Rossi Menyebut Hubungan Rider dan Motor kini Berubah

Diposting pada

Motomazine.com – Pembalap tergaek MotoGP Valentino Rossi kembali bersuara perihal gelaran balap terakbar sejagad raya ini. Setelah mendulang hasil yang kurang memuaskan pada paruh pertama musim 2021, sedikit banyak Rossi mulai menyadari banyak yang berubah. Terutama hubungan antara rider dan motor. Rossi yang sudah kenyang dengan asam garam balap MotoGP menyebut riding style saat ini sudah sangat jauh berbeda, bahkan ketimbang 5 atau 6 tahun yang lalu.

Valentino Rossi, rider asal Tavullia, Italia ini sudah melanglang buana selama 26 tahun di kancah MotoGP. Karirnya bermula dari balap kelas GP125cc, kemudian beranjak ke GP250cc, GP500cc dan kemudian MotoGP.

Tak hanya beda penyebutan saja. Rossi juga sudah sangat kenyang dengan pengalaman membesut motor 2-tak dan 4-tak. Yaps, era GP125cc hingga GP500 motor-motor pacuan di grid masih menggunakan mesin 2-langkah. Dengan knalpot kembung dan oli samping.

Motor 2-tak sendiri sangat terkenal dengan kebinalannya. Apalagi saat itu piranti elektronik belum secanggih sekarang. Jadi high-side seakan menjadi hal yang sangat lumrah bagi pembalap. Tak ayal, cidera kerap mendera para rider.

Nah, karena tuntutan emisi gas buang yang semakin ketat, terhitung sejak tahun 2002 motor-motor pacuan MotoGP beralih ke mesin 4-tak 1000cc. Saat itupun belum semua pabrikan menurunkan motor 4-tak. Jadi balapannya campur. Sumbangsih juara dunianya Rossi dengan RC211V juga yang akhirnya menginspirasi pabrikan lain untuk hijrah ke mesin 4-tak.

So, secara pengalaman nyemplak mesin 2-tak dan 4-tak, Rossi adalah pembalap yang paling ‘kaya’. Tak hanya pengalaman nunggang motor dengan konfigurasi mesin berbeda, namun juga dengan minimnya piranti elektronik dan riding style atau gaya membalap.

Gaya balap monyet menggantung

Entah darimana istilah inin berasal, namun gaya balap rider-rider MotoGP era sekarang memang sangat berbeda dengan old school. Sekarang ini pembalap mencondongkan tubuhnya jauh keluar motor saat melibas tikungan.

“Gaya balap berubah dalam beberapa tahun terakhir. Postur tubuh kini berubah. Kamu harus miring lebih jauh dari motor. Kepala, pundak dan siku menjulang jauh keluar,” tutur Vale.

gaya balap seperti ini sebenarnya sudah mulai Stoner perkenalkan sejak doi nyemplak Ducati. Cuman semakin ke sini gaya tersebut semakin ekstrim dengan hadirnya Marc Marquez. Dimana siku sampai nempel ke aspal atau yang biasa orang namai dengan elbow down.

Casey Stoner saat nunggang Ducati

Sejak kedatangan Marquez semua pembalap jadi keranjingan menerapkan riding style seperti ini. Bahkan semakin miring dan semakin jauh dari motor. Anehnya lagi, tak hanya pembalapnya yang miring. Logikanya kan ridernya miring tapi motornya tegak. Lha sekarang enggak. Rider miring motornya juga miring. Bahkan sering Marquez nembus kemiringan 60 derajat.

Dengan datangnya para talenta muda, tentu mereka juga makin berani lagi  membalap dengan gaya seperti ini. Dan tak hanya di MotoGP, bahkan rider-rider Moto2 dan WSBK sekalipun, banyak yang berani melakukan elbow down.

“Menurutku caramu mengendalikan motor di tikungan juga banyak berubah.  Kamu bisa mengambil racing line berbeda. Dengan motor ini, ban dan rem ini, kamu bisa masuk tikungan jauh lebih cepat,” tambah Vale.

Pengaruh Aerodinamika

Hadirnya piranti aerodinamika pada motor MotoGP era sekarang ternyata juga punya banyak pengaruh ke pembalap. Menurut Rossi pembalap bisa melakukan pengereman jauh lebih dalam dan berakselerasi dengan lebih cepat. Namun kontrol pada motor jadi sedikit lebih berat.

“Saya tak begitu fokus pada aerodinamika (winglet). Piranti ini memberikan efek akselerasi yang lebih cepat. Kamu bisa masuk ke tikungan dengan lebih cepat karena membawa beban yang lebih bagus di depan. Jadi kamu bisa mengerem lebih dalam. Di sisi lain aerodinamika butuh ruang lebih saat berganti arah. Jadi kamu harus lebih kuat,” lanjut pembalap yang kini berusia 42 tahun tersebut.

“Dahulu pembalap bisa membuat perubahan besar. Perbandingan pembalap dan motor sekitar 60 banding 40. Berbeda dengan sekarang, perbandingannya sekitar 50-50.” Lanjutnya.

Yaps, sebuah ungkapan seorang legenda balap yang sudah melanglang buana di MotoGP dengan berbagai pengalaman. Intinya sekarang ini dengan piranti elektronik yang semakin canggih, pembalap bisa bekerjasama memaksimalkan motornya dengan bantuan ‘otak’ ECU dan IMU. Jadi siapa yang mampu menemukan potensi motor, mengenal batasan ban Michelin, serta mengoptimalkan kinerja elektronik, maka dialah yang akan bisa membawa motor melesat lebih cepat, mengerem lebih dalam dan menikung lebih miring.

Muaranya tentu saja laptime yang lebih cepat. Dan Rossi sadar benar akan hal itu. Jadi kekuatan hard brake Rossi yang melegenda itu semakin bisa tersaingi dengan kombinasi motor, rem, elektronik, riding style dan pembalap seperti yang sudah mmz sebutkan tadi.

So, Rossi sekarang hanya mampu duduki posisi 19 klasemen pembalap? Bisa jadi itulah potensi Rossi sekarang. Pensiun tahun depan? Semakin mungkin terbuka kayaknya. (mmz)

Artikel terkait:

Gambar Gravatar
Penulis adalah penghobi dunia otomotif yang mencoba berbagi info kepada pemirsa semua tentang berita terbaru seputar sepeda motor, mobil, balap dan MotoGP. Terima kasih sudah berkunjung ke blog sederhana ini dan semoga bermanfaat.

4 komentar

Silahkan sampaikan uneg-uneg pemirsa di sini