Motomazine.com – Salam safety riding bro sis.. Setelah menjalani dua hari pertama tes Sepang dengan meyakinkan, di hari ketiga baik Rossi dan Vinales harus berjuang di hari terakhir. Finish posisi delapan bagi Rossi dan 18 untuk Vinales membuktikan bahwa Yamaha memang kembali berjuang dengan kurangnya traksi ban belakang.
Untuk ini Massimo Meregalli, manager tim Yamaha MotoGP langsung mengambil kesimpulan bahwa masukan teknis dari Rossi lebih bernilai daripada rekan setimnya, Vinales.
“Saya berpikir bisa lebih cepat (dari hari sebelumnya) dan kenyataannya kami justru harus berjuang lebih,” tutur Rossi. “Kita harus mengidentifikasi apa masalahnya. Kami tak tahu apa yang sebenarnya terjadi,” tambahnya.
Baca juga:
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
- 2026 jadi The Last Chance Toprak ke MotoGP
- Jika dari Awal Pecco Begini, Saya Yakin Tahun ini Doi Sudah Jurdun
- MotoGP: Martin Menangi Sprint Race, Pecco DNF
- Catalunya jadi Kandidat Kuat Pengganti Race Finale Valencia
- MotoGP: Iannone Kembali, Siapa yang Harus Waspada?
- Komentar mmz di Akun MotoGP dapat berbagai Rujakan Netijen. Heran…
- MPM Honda Jatim tetap Semangat Ngajak Blogger Vlogger Nonton MotoGP Motegi, meski Marini Finish 14
- Ada Honda PCX 160 dan EM1 e: di MotoGP Mandalika
- Meet & Greet Fabio Quartararo di MotoGP Mandalika Promosikan Yamaha NMAX Terbaru
Rekan setim Rossi, Vinales justru lebih menderita lagi. Pembalap Spanyol ini memutuskan untuk menghentikan simulasi balapnya dan berkata:
“Saya putuskan berhenti karena laptime saya tak seperti apa yang seharusnya,” tutur Vinales.
Keputusan Meregalli dan tim untuk lebih memilih masukan dari Rossi tentu bukan tanpa alasan. Kenyataannya Rossi lah yang telah meraih 7 kali juara dunia dengan Yamaha, menunjukkan betapa ia sangat mampu menganalisis apa yang terjadi terhadap Yamaha M1. Karena memang duet Rossi-Burgess lah penyebab YZR-M1 bisa sekompetitif sekarang.
“Masukan Valentino lebih penting daripada Maverick, dan ini normal. Rossi 39 tahun dan Vinales 23. Maverick harus belajar dari ini untuk mendapatkan keuntungan,” tutur Meregalli seperti dilansir dari Motorsport.com.
Selain pengalaman Rossi sebagai pengembang Yamaha M1, Meregalli juga menyadari jika kunci kompetitif tidaknya Yamaha M1 terletak pada setting dasarnya.
“Itu juga benar jika masing-masing pembalap punya gaya balap sendiri dan tambahan hal-hal spesifiknya sendiri. Akan tetapi motor kami hanya dapat dikendarai dengan satu cara. Dan jika dasarnya bagus, kedua pembalap akan senang.” Tutup Meregalli.
Ya… Berkaca pada pengalaman Rossi yang sukses mengangkat Yamaha dari keterpurukan di tahun 2003 dan menyulapnya menjadi motor juara dunia di tahun 2004 memang tak berlebihan jika akhirnya tim lebih memilih masukan dari Rossi.
Tak hanya itu, pengalaman 2008-2010 rasanya juga bisa dijadikan patokan kuat. Betapa jika dasar setting M1 mantap dan mudah dikendarai, jangankan Rossi, rekan setimnya pun bisa tampil lebih cepat dan menjadi ancaman. Jadi ingat tembok pemisah di paddock 2009 nih.. Hehe.. Semoga berguna… (mmz)
Lebih dekat dengan Motomazine di:
- e-mail: motomazineblog@gmail.com
- facebook: motomazine.com
- twitter: motomazine
- IG: @motomazineblog
- Youtube channel: Motomazine
- WA: 085233819298
- BB: D8DCFC9A