Motomazine.com – Salam safety riding bro sis.. pembalap Ecstar Suzuki yang merupakan mantan pembalap Ducati, Andrea Iannone akhirnya ikut angkat bicara perihal masih belum kompetitifnya pembalap Ducati bernomor 99 tersebut. Setidaknya pasca jalani tes di Valencia, Sepang dan Phillip Island.
Wajar memang jika Iannone berani berkomentar atas performa Porfuera (julukan Lorenzo) saat membesut motor asli Italia berkonfigurasi mesin L tersebut. Pasalnya, The Maniac Joe (julukan Iannone) telah menjalani masa 4 tahun jatuh bangun bersama motor yang sempat dinamai “badak” oleh beberapa pengamat MotoGP ini.
Tahun lalu prestasi Iannone memang semakin mengkilap di atas Ducati. Dan puncaknya adalah saat pembalap bernomor #29 tersebut berhasil menangi race di sirkuit Red Bull Ring, Austria. Namun kesemuanya itu bukan tanpa proses. Sebab doi sudah kenyang diajak jatuh bangun oleh Desmosedici bareng tim Pramac (2013-2014) sebelum akhirnya diajak tim pabrikan dua tahun silam.
Dan melihat performa Lorenzo bersama Ducati,akhirnya Iannone pun angkat bicara. Ian menyebut jika dalam mengendarai Ducati, anda tak perlu berpikir. Anda yang harus beradaptasi kepada motor, jangan anda yang berusaha mengubah motor untuk mengikuti gaya anda.
“Saya pikir Lorenzo terlalu lama bersama motor lamanya (Yamaha), dan saat pindah ke Ducati, seharusnya Lorenzo secepat mungkin beradaptasi, jangan terlalu banyak berpikir”, tuturnya.
Mau diakui atau tidak, Ducati Desmosedici series memang membutuhkan gaya tersendiri untuk menaklukkannya. Selama ini praktis hanya Stoner yang mampu moncer bersama Ducati. Terbukti, RWS (Rear Wheel Steering) yang menjadi ciri khasnya berhasil menaklukkan motor badak tersebut.
Setelah itu hampir semua pembalap lain, semacam Hayden, Crutchlow sampai pembalap sekaliber Valentino Rossi sekalipun tak mampu semoncer Stoner. Semua usaha sudah dilakukan The Doctor. Mulai dari merubah sasis monochoque menjadi twin spar alumunium, mengubah model swingarm ala-ala Yamaha, hingga mengubah konfigurasi mesin dari screamer menjadi big bang dengan berbagai penyesuaian. Mulai memutar sudut mesin, L ala V (90° diputar menyerupai huruf V) hingga penyesuaian posisi riding agar motor tersebut sesuai dengan keinginan The Doctor. Tapi hasilnya? Nihil masbro… berjuang dua tahun bareng “The Dream Team”, Rossi hanya mampu menjejak prestasi terbaik podium 2 race kering Misano (2012), dan posisi 2 race basah Jerez di tahun yang sama. Selebihnya Rossi hanya menjadi pelengkap pembalap barisan tengah.
So, memang tak mudah membalap bersama motor sekencang Ducati. Untuk urusan power dan akselerasi si kuda besi asal Borgo Panigale ini memang jempolan. Namun saat diajak melibas tikungan, bopos menggelayut dipadu gaya RWS rasanya memang menjadi kunci utama untuk menaklukkan Ducati. Namun bagaimanapun, itu sejatinya sama sekali bukan hal yang mudah. Sebab seperti kata Iannone yang menyebut tak perlu berpikir dalam mengendarai Ducati, anda hanya perlu mengalir, ikuti kemauan motor itu, lalu taklukkan… 😀 (MMz)
- Baca juga
- Jatuh Hati dengan KTM Vinales Bilang Motornya Agresif
- Marc: Selamat Tinggal Red Bull, Selamat Belajar Pecco
- Petrucci: Toprak Bisa Menang di MotoGP, Dia Gambaran Valentino dan Marc
- Yamaha M1 Mesin V4 Bisa hadir di Tes Sepang
- WSBK: Honda Tak Butuh Toprak
- Celaka! Marini Bilang Honda Jalan di Tempat
- Massimo Rivola Terkejut dengan Review Martin. Aprilia Harus Banyak Berbenah?
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
- 2026 jadi The Last Chance Toprak ke MotoGP
- Jika dari Awal Pecco Begini, Saya Yakin Tahun ini Doi Sudah Jurdun
===============
Punya pertanyaan atau ingin berbagi pengalaman? Tulis saja di:
- motomazineblog@gmail.com
Terlalu liar juga susah ya. Butuh pembalap slider juga.
https://kupasmotor.wordpress.com/2017/03/08/gara-gara-cbs-teknik-rem-tikungan-tajam-rossi-tidak-bisa-diterapkan-di-honda-vario-atau-beat-atau-cbr-yang-dilengkapi-combi-brake/
Bener om.. kudu kasar kalau nunggang Ducati