Motomazine.com – Fenomena balap liar belum juga sirna hingga sekarang. Bak cendawan di musim penghujan, pelaku balap liar selalu datang dan pergi, tumbuh dan berganti dari generasi ke generasi. Hal yang sangat sulit diberangus bagaimanapun caranya. Dengan berbagai upaya pihak berwajib sekalipun. Nyatanya para pelaku balap liar ini sangatlah pandai bermain kucing-kucingan agar tetap dapat beraksi. Yang kemudian menggelitik mmz adalah, apakah keberadaan sebuah sirkuit kemudian dapat menjamin balap liar akan hilang?
Sulit. Balap liar seperti menjadi fenomena kawula muda. Semacam sebuah proses dalam pencarian jati diri. Namun apakah benar begitu? Mmz sendiri juga pernah muda Om. Saya dulu mungkin juga tergolong jamet di zamannya. Dengan sebatang Yamaha F1Z-R berkondisi tidak wajar, sangatlah mudah untuk ikut trek-trekan kala itu. Apalagi saat itu sedang hangat-hangatnya jalan baru. Sebuah jalan tembus yang sangat startegis buat balapan 201 meteran.
Akan tetapi untungnya mmz bukanlah kawula muda yang tersesat di gelapnya zaman. Saat itu memodifikasi motor murni menjadi sebuah hobi. Tak ada niatan sedikitpun untuk ikut balap liar atau trek-trekan tidak jelas.
Sirkuit tak menjamin hilangnya balap liar
Keberadaan sirkuit di sebuah kota acapkali dijadikan alibi pembenaran. Setiap kali membaca berita “Penangkapan pelaku balap liar“, secara serta merta kemudian muncul komentar, “makanya, sediakan sirkuit dong pak, biar ada tempat penyaluran hobi,” atau “Itulah kalau kota cuman mikirin penampilan saja, tak mau urusi bakat para pemudanya,” bla-bla-bla dan masih banyak lagi.
Apakah benar begitu? Apakah dengan keberadaan sirkuit kemudian mampu memangkas aksi balap liar?
Faktanya tidak semudah itu Ngab… Di Jakarta ada Sentul, Surabaya punya Gelora Bung Tomo, dan bahkan Madiun, punya Sikruit Bantaran. Apakah di kota-kota tersebut nihil balap liar? Monggo silahkan sampean lihat sendiri. Saya tahu sampean semua pasti jauh lebih paham…
Yang menjadi permasalahan kemudian adalah menyalurkan hobi di sirkuit bukanlah urusan murah. Banyak dana yang dibutuhkan. Mulai dari motor yang mumpuni, piranti safety seperti wearpack lengkap dan helm, hingga biaya yang musti dikeluarkan untuk masuk ke sirkuit itu sendiri. Semua itu bukan perkara murah. Dan saya yakin tidak semua orang mampu… (sambil lihat spion).
Nah, gejala seperti inilah yang selanjutnya akan memicu penyaluran yang salah. Berlagak seperti Valentino Rossi tapi di tempat yang sama sekali bukan peruntukannya. Ya, balap liar. Sangat meresahkan!
Mulai dari motor yang gak safety, hingga perilaku berkendara yang asal-asalan. Menganggap jalan raya punya embahnya yang bebas digunakan sebagai sarana penyaluran ‘konak’-nya dalam bermotor. Miris!
Jadi sebagai pecinta otomotif yang sangat peduli terhadap keselamatan sesama nih, kira-kira pemirsa punya uneg-uneg apa terhadap fenomena balap liar ini? (mmz)
Artikel terkait:
- Jadwal Rilis Livery Balap Tim WSBK dan MotoGP Musim 2024
- Gelar sudah diraih, Pembalap Astra Honda tetap Fokus Ukir Sejarah dan Rekor di IATC 2023
- Cetak Sejarah, Pembalap Astra Honda Fadillah Arbi Kibarkan Merah Putih dari Podium Tertinggi FIM JuniorGP Barcelona
- Toprak: “Ducati terlalu Mudah Menyalip di Trek Lurus!”
- Alasan Toprak Terlempar dari Podium di Race 1 WSBK Catalunya
- Kabar Hengkangnya Repsol dari Honda makin Menguat?
- Sukses Raih Hat-Trick Makin dekatkan Toprak ke Bautista
- Toprak dan Rea Saling Menyalahkan atas Insiden Race 2 Assen. Weleh
- Dakar: Belum Mulai Petrucci Terjangkit Covid
- Siapkan 100 Miliar Mandalika juga Gelar MXGP Tahun Depan
1 komentar