Motomazine.com – Seperti yang sudah digembar-gemborkan banyak media, akhirnya Valentino Rossi datang juga ke Valencia. Banyak kenangan yang The Doctor tinggalkan di sana, termasuk saat pria Urbino ini harus mengakhir karir sebagai pembalap MotoGP setahun silam. Namun kedatangan Rossi kali ini bukan untuk meratapi betapa ia dielu-elukan banyak fans, namun lebih ke ebrikan suntikan semangat untuk anak-anak didiknya, terutama Francesco Bagnaia dan adik laki-lakinya Luca Marini.
Saat ini Pecco tengah berjuang mengharumkan nama Borgo Panigale. Ducati sudah puasa gelar sejak tahun 2007. Terakhir mereka merengkuh juara dunai atas pembalap Australia, Casey Stoner. Setelah itu, bahkan ketika Rossi membela tim merah sekalipun (2011-2012) Ducati sama seklai belum mengecap manisnya tropi jurdun MotoGP.
Dengan kedatangan Pecco ke kubu pabrikan membuat asa itu kembali hadir. Pecco Bagnaia sedang memimpin klasemen juara dunia dengan jarak 23 poin atas Fabio Quartararo. Berat tak berat. Kuncinya adalah Pecco tidak DNF dan Fabio juara. Sudah itu saja. Selebihnya asal Bagnaia tidak finish lebih buruk dari posisi 14.
Boleh lah kita berspekulasi atau mungkin berprasangka. Namun rasanya sulit terjadi. Ducati saat ini punya 8 motor. Asal Pecco menempatkan semua Ducati di belakangnya, sudah otomatis doi juara dunia musim ini. As simple as that! Tapi ya itu, apakah hal ini mungkin dilakukan Tardozzi dkk. Rasanya sulit!
Untuk ini Rossi punya pandangan sendiri atas anak muridnya di VR46 Academy tersebut. “Saya teringat kembali musim lalu. Rasanya sangat berat, bahkan saya tak ingin muncul di hari Selasa. Tapi kembali lagi itu adalah akhir pekan yang tak terlupakan. Selain saya melakukan balapan yang cukup bagus,” tutur Vale.
“Ini adalah balapan terakhir (2022), dan jelas akan sangat mengusikmu. Setidaknya punya kelebihan 23 angka masih lebih baik daripada 8 angka saja. Akhirnya, bagaimanapun juga kamu harus menyelesaikan balapan. Saya berbicara dengan Pecco, mencoba memahami kondisi psikisnya. Dia berkata bisa tidur. Tapi itu imposibel. Di malam perebutan gelar juara dunia kamu tidak akan bisa mengantuk. Kamu hanya akan tidur sekitar 2 atau 3 jam saja.” lanjut pria yang kini menggeluti balap WRT3 EC tersebut.
“Kontradiksi, ini bukan Pecco yang biasanya, ini bukanlah bentuk paling puncak seorang Pecco. Tapi kita tidak butuh Pecco di puncak (juara). Kita hanya butuh posisi delapan. Saya melihatnya dalam situasi yang sulit, dan ini normal. Yang terbaik tentu saja melakukan semuanya dengan benar.” Tutup The Doctor.
Jika kita melihat jalannya latihan bebas hingga kualifikasi, Pecco memang terkesan lebih berhati-hati. Terutama sekitar area sektor 1. Di sana Pecco benar-benar jauh lebih lambat dibanding Fabio. Bagnaia dan GP22 punya potensi kecepatan justru di sektor 3. Berbeda dengan Fabio yang terlihat mantab di semua sektor. Pun pembalap Perancis tersebut terlihat lebih lepas dan banyak tertawa. Wajar sih… nothing to lose dia mah! (mmz)
Artikel terkait:
- Massimo Rivola Terkejut dengan Review Martin. Aprilia Harus Banyak Berbenah?
- Marini: “Bukan Posisi yang Kami Inginkan!”
- 2026 jadi The Last Chance Toprak ke MotoGP
- Jika dari Awal Pecco Begini, Saya Yakin Tahun ini Doi Sudah Jurdun
- MotoGP: Martin Menangi Sprint Race, Pecco DNF
- Catalunya jadi Kandidat Kuat Pengganti Race Finale Valencia
- MotoGP: Iannone Kembali, Siapa yang Harus Waspada?
- Komentar mmz di Akun MotoGP dapat berbagai Rujakan Netijen. Heran…
- MPM Honda Jatim tetap Semangat Ngajak Blogger Vlogger Nonton MotoGP Motegi, meski Marini Finish 14
- Ada Honda PCX 160 dan EM1 e: di MotoGP Mandalika